Tujuh Langkah Menyukeskan Pemeliharaan.
Tujuh
langkah di bawah ini didasarkan pandangan baru untuk pemeliharaan.
Rata-rata masyarakat mau memelihara prasarana yang ada manfaat yang dapat
dirasakan, hanya mereka mungkin belum mampu menjalankan pemeliharaan seperti
yang diharapkan. Asumsi kami sebagai pemeriksa juga sering salah, karena
yang dilihat di lapangan bukan bukti bahwa pemeliharaan tidak dilakukan bahkan
bukti bahwa prasarana tidak dibangun dengan baik.Barangkali lebih sering salah
desain daripada salah pemeliharaan. Barangkali lebih sering tidak
mengendalikan kualitas pelaksanaan dengan ketat, daripada salah
pemeliharaan. Dan sering juga “masalah pemeliharaan” disebabkan kualitas
atau volume bahan yang kurang memadai.
Jika
program di bawah ini dapat dilaksanakan dengan sesungguhnya, hampir pasti akan
dipuji upaya pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat. Padahal
pengeluaran biaya dan keringat tidak jauh berbeda. Mengikuti ketujuh
langkah ini mudah-mudahan berhasil mengubah sikap terhadap kebutuhan dan
tanggung jawab pemeliharaan.
1.
Langkah pertama adalah perubahan pandangan. Jangan otomatis melihat
masalah yang timbul di lapangan sebagai masalah pemeliharaan, padahal mungkin
karena salah desain, mungkin pengendalian kualitas, mungkin karena kualitas dan
volume bahan. Hal itu sudah bagus, sayangnya terlambat. Lebih baik
lagi masalah kualitas dipikirkan dari awal. Prasarana desa dibuat dengan
teknik yang akan meminimalkan pemeliharaan nanti: punggung sapi, saluran
pinggir, pelandaian tebing, jarak antara sumber air dan peresepan, cat
antikarat, dan sebagainya.
Fasilitator,
pemerintah, dan konsultan lain harus selalu mengangkat masalah kualitas jika
melakukan kunjungan, dengan sekaligus menjelaskan alasannya. Alangkah
baik bila ada contoh jelek pada prasarana lain di sekitarnya.
Bagi
juru desain, tidak boleh melupakan hal-hal yang akan menyelamatkan kegiatan
proyek. Harus digambar secara eksplisit agar jelas.
Bagi
pemeriksa desain, jangan menyetujui desain yang belum jelas atau lengkap.
Hal itu tidak mendidik masyarakat tentang kualitas.
2.
Untuk turun ikut memelihara prasarana setiap sekian minggu sekali merupakan
tugas yang mungkin membosankan, dan orang akan cepat kesal jika diminta kerja
oleh anak muda. Padahal di desa ada tokoh masyarakat yang sangat dihargai
masyarakat lain karena ilmunya atau usianya atau keberhasilannya. Orang
seperti ini harus direkrut menjadi anggota tim penanggung jawab
pemeliharaan. Mereka tidak akan rugi, karena semua orang sebenarnya dapat
memahami kepentingan pemeliharaan, asal dijelaskan oleh manusia yang dihormati.
Tim
penanggung jawab (jumlahnya tidak penting) hanya memantau proses dan hasil
pemeliharaan, dan jika diberitahukan bahwa pemeliharaan diperlukan akan
membantu menggerakkan masyarakat lain.
3.
Kalau mau pemeliharaan yang efektif dan tepat waktu, harus mempunyai organisasi
atau tim yang akan rajin terjun ke lapangan untuk mencari data tentang
status dan kebutuhan. Sudah ada metodologi untuk mencatat kebutuhan
(Inventarisasi Bagian Jembatan yang Perlu Dipelihara [dan sebagainya], pada
Buku Revisi), mirip dengan metode SAP/VAP/MAP yang telah diberikan pada
pelatihan untuk perencanaan jalan. Tim ini membuat jadwal kunjungan,
tetapi sering juga memanfaatkan kesempatan ideal untuk melihat kebutuhan, yaitu
pada saat hujan deras. Pada saat itu justeru dapat melihat saluran yang
kurang besar atau terlalu cepat, air yang mengalir di tengah jalan, jembatan
yang fondasinya diserang air, dan sebagainya. Sumber air bersih dari
irigasi perlu dilihat pada saat sulit air, tetapi bendungan harus dilihat pada
saat mau banjir.
Jadi
sifat yang paling penting untuk tim ini adalah rajin terjun ke lapangan,
walaupun jauh, walaupun hujan. Hasil kunjungan dibahas bersama dalam tim,
kemudian tim melaporkan hasilnya kepada tim penanggung jawab. Sebaiknya
juga hasil ditempel secara transparan di papan informasi
Apakah
tiap prasarana perlu tim sendiri, atau dapat digabung?
Jawabannya,
“Ya.” Boleh satu tim, boleh lebih, dan hal ini sangat bergantung volume
pekerjaan dan keahlian dalam tim. Apalagi lokasi prasarana dan pemanfaat
dari prasarana tersebut. Relatif mudah sekali membentuk tim untuk
memelihara air bersih yang pemanfaatnya jelas dan manfaat mudah dihitung.
Lebih sulit mencari orang untuk memelihara prasarana yang dinikmati semua,
termasuk orang yang tidak ikut memelihara.
Sebenarnya
tidak dibatasi. Tim-tim ini dapat aktif untuk semua prasarana yang
dibangun oleh suatu proyek. Akan tetapi, mengapa tidak bertanggung jawab
untuk semua prasarana yang dimiliki masyarakat?
4.
Kedua tim di atas perlu pelatihan tentang dua hal: tugasnya dan teknik pemeliharaan.
Hal tersebut akan berbeda untuk kedua jenis tim.
- Untuk tim penanggung jawab, harus mengerti bahwa mereka harus memimpin pertemuan, membuat laporan kepada masyarakat, dan menjelaskan rencana pemeliharaan. Untuk menjelaskan rencana pemeliharaan harus tahu teknik-teknik yang biasa dipakai, walaupun tidak perlu ahli sekali.
- Tim pemuda yang akan terjun ke lapangan perlu menerapkan format-format inventarisasi, dapat menentukan prioritas, pintar mengantisipasi masalah, dan bersemangat.
Orang
yang bekerja pada saat pemeliharaan dijalankan bukan kedua tim ini, walaupun
mungkin mereka ikut bekerja seperti warga lain. Karena orang yang bekerja
mungkin masih awam terhadap banyak hal teknis, kadang-kadang masyarakat harus
juga dilatih agar pekerjaan bermutu.
Semua
pelatihan dilakukan oleh fasilitator kecamatan dibantu dengan orang dinas dan
orang kecamatan. Pada umumnya, pelatihan sejenis ini tidak perlu banyak
biaya, karena dilakukan langsung di desa dan sebaiknya langsung di
lapangan. Dalam hal pelatihan ini, sebaiknya melibarkan pendamping lokal
dan fasilitor desa sebagai instruktur pembantu.
5.
Langkah lima ini mirip dengan langkah pertama, karena “hanya” mencoba mengubah
sikap orang, yaitu konsultan, fasilitator, dan aparat yang berkunjung ke lapangan.
Apakah pada saat berkunjungan, dengan sekian banyak hal yang harus diperiksa
dan dicatat, pengunjung sempat bertanya tentang pemeliharaan atau status
prasarana yang dibangun pada tahun-tahun yang lalu? Biasanya yang
diperhatikan adalah konstruksi baru, yang lebih menarik dan cantik bila
difoto. Padalah, masyarakat selalu melihat apa yang dilakukan oleh “tamu”
ini sebagai contoh. Jika orang teladan ini tidak peduli masalah
pemeliharaan, apalagi kami yang tidak tahu apa-apa?
Bisa
dibayangkan, bagaimana respons masyarakat bila tiap kunjungan mulai dengan
pemeriksaan prasarana yang dikerjakan satu atau dua tahun sebelumnya.
Apalagi bila dikaitkan dengan Langkah Enam di bawah ini!
6.
Langkah enam adalah sanksi bagi desa yang tidak melakukan pemeliharaan
rutin. Disarankan ada sanksi bagi desa yang tidak melakukan pemeliharaan
rutin. Forum Antar Desa dapat menyepakati aturan sanksi, dan informasi
ini perlu disebarluaskan. Contoh sanksi termasuk:
- Desa yang tidak memelihara prasarana tidak berhak lagi mengikuti kompetisi
- Atau desa yang tidak memelihara prasarana ditetapkan batas biaya maksimal yang dapat diusulkan
- Sanksi bisa lebih spesifik tentang lokasi (dusun?), tentang jenis proyek, atau yang lain
Sebaiknya
tidak perlu terkena sanksi untuk peristiwa yang luar biasa, seperti banjir
50-tahunan, atau pemeliharaan yang memerlukan biayan besar.
Siapa
yang berhak untuk mengatakan tidak dipelihara dengan cukup? Pertanyaan
ini yang mungkin paling sulit untuk dijawab. Yang berhak mengambil
keputusan adalah Forum Antar Desa, tetapi forum sendiri tidak akan turun
melihat semua desa, yang ada unsur bias dalam penilaian – semakin besar jumlah
desa yang digagalkan, semakin besar porsi dana untuk desa yang masih mengikuti.
- Barangkali dapat dinilai oleh tim kecil yang terdiri dari wakil dari desa lain, dan untuk tiap desa dikunjungi dua tim agar penilaian dapat dibandingkan.
- Barangkali perlu ada kemungkinan naik banding, seperti pada saat kurang setujui dengan penilaian tim verifikasi. Untuk tugas ini, KM tersedia tetapi bukan merupakan solusi yang sustainable. Hanya dapat digunakan untuk memberi contoh cara betul menilai.
7. Terakhirnya, alangka baik
bila disediakan dana khusus masalah pemeliharaan yang di luar kemampuan desa
dari segi volume atau biayanya. Sesuai dengan asumi kami pada Pandangan
Baru, dana yang ada di desa terbatas. Untuk jenis proyek tertentu,
mungkin dapat mengumpulkan dana yang cukup besar, tetapi untuk jenis lain
mungkin sangat sulit.
Untuk
mengurangi timbul ketergantungan pada dana dari pemerintah, dibuat prasyaratan
yang harus dipenuhi sebelum dipertimbangkan sebagai penerima dana tambahan:
- Organisasi pemeliharaan ada dan aktif
- Terjadi pertemuan rutin
- Tim kecil pemuda biasa melakukan survei atas kebutuhan pemeliharaan
- Masyarakat sudah menyumbang sesuai kemampuannya. Tidak
Kami
kurang setuju bila dana pemeliharaan disediakan pada biaya konstruksi. Dana
pemeliharaan sering tidak diperlukan banyak desa, tetapi untuk desa lain
mungkin perlu jauh di atas persediaan. Jika dana disediakan, pasti akan
dihabiskan untuk hal-hal yang tidak kritis. Orang yang bertanggung jawab
untuk ini akan dicurigai. Tim Pengelola tidak akan mau masa tugasnya
diperpanjang untuk hal-hal seperti ini.
No comments:
Post a Comment